Para Penjilat dan Kalajengking
Oleh A.S. Laksana
Saya sangat terpesona pada cerita ini: Seorang pendeta Zen selalu memulai pagi harinya dengan bermeditasi dan membayangkan dirinya berada di taman bunga. Dengan cara itu, dia memilih menyadari bahwa bagaimanapun kehidupan ini indah. Seorang pendeta Zen yang lain konon disengat kalajengking beracun dan seorang muridnya berniat membunuh binatang yang menyengat gurunya itu.
“Biarkan saja,” kata si pendeta.
“Ia menyengatmu dan ia memasukkan racunnya ke tubuhmu, Guru,” kata si murid.
“Ia memiliki sengat dan racun dan ia melakukan apa yang ia bisa lakukan,” kata si guru.
Cerita-cerita yang baik sering menyelamatkan saya dari pikiran yang kalut dan membebaskan saya dari keriuhan yang kadang meracuni pikiran. Anda tahu, setiap saat selalu ada orang-orang yang mencoba menyeret kita ke dalam urusan-urusan yang imbisil.
Kenapa mereka setega itu mengganggu kehidupan kita? Jawaban paling mudah, karena kita menjalani segala hal yang berulang. Karena itu, ada pernyataan tentang sejarah berulang, ada gagasan tentang roda nasib, orang Jawa mengenal konsep cakra manggilingan. Kita membayangkan hidup, juga waktu, sebagai sesuatu yang sirkuler. Hari akan selalu kembali lagi ke Ahad setelah tujuh kali matahari terbit dan terbenam, bulan akan selalu kembali ke Januari, dan kita akan merayakan hal-hal yang sama dalam seminggu, dalam sebulan, atau dalam setahun. Menu makan pagi Anda hari ini mungkin sama persis dengan makan pagi Anda delapan tahun lalu. Warna pakaian yang Anda kenakan hari ini mungkin sama dengan warna pakaian yang Anda kenakan pada Rabu tiga tahun lalu. Dan, kebodohan hari ini mungkin sekadar mengulangi atau menegaskan kebodohan-kebodohan di waktu-waktu lalu.
Jika Anda memiliki kebiasaan mencatat ucapan-ucapan atau tindakan-tindakan imbisil di sekitar Anda, sekali duduk Anda akan menemukan banyak sekali yang bisa Anda catat. Mungkin dalam setengah jam Anda bisa mencatat 33 hal imbisil; dalam satu bisa tiga kali lipat. Read the rest of this entry »